Studi kasus Ekonomi tentang Pengangguran
Pengangguran
adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sedang mencari kerja, bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu, dan yang tidak bekerja sama sekali, atau
untuk seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Menurut
Sukirno ( 2004 : 28 ) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam
perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya.
Selanjutnya International Labor Organization ( ILO )
memberikan definisi pengangguran yaitu :
ü Pengangguran
terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama
periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang
mencari pekerjaan.
ü Setengah
pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh karyawan dan
pekerja mandiri ( berusaha sendiri ) yang selama periode tertentu secara
terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan
lain atau masih bersedia mencari pekerjaan lain / tambahan ( BPS, 2001: 4 ).
Sedangkan menurut Survei Angkatan
Kerja Nasional ( SAKERNAS ) menyatakan bahwa :
ü Setengah
pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu
yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain.
ü Setengah
pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu
namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain ( BPS,
2000: 14 ).
Pengangguran pada umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja yang tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang tersedia. Pengangguran ini menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Di Negara berkembang seperti
Indonesia ini, masalah pengangguran yang makin meningkat dalam pembangunan
ekonomi merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih serius daripada masalah
perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang
berpendapatan terendah. Keadaan di Negara-negara berkembang dalam beberapa
tahun ini menunjukan bahwa pembangunan ekonomi yang telah tercipta tidak dapat
mengadakan kesempatan kerja yang lebih banyak dan cepat daripada pertambahan
penduduk. Oleh karenanya itu masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun
ke tahun semakin bertambah banyak.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya
GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih
banyak orang.
Jenis-jenis pengangguran
Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3
yaitu:
- Pengangguran Terselubung(Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak dapat bekerja secara optimal karena adanya suatu alasan tertentu.
- Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak dapat bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan yang tetap dan memadai, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
- Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan. Pengganguran jenis yang seperti ini tergolong cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan.
Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan
menjadi 7 macam yaitu:
- Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya
sementara yang disebabkan karena adanya kendala waktu, informasi dan kondisi
geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan yang tidak
mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin
majunya suatu perekonomian di suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan
sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
- Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang
diakibatkan karena perubahan gelombang (naik-turunnya) suatu
kehidupan perekonomian atau siklus ekonomi.
- Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka waktu panjang.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu
seperti:
- Akibat permintaan berkurang
- Akibat kemajuan dan penggunaan teknologi
- Akibat adanya kebijakan dari pemerintah
- Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya
fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus
nganggur sampai kondisi tertentu. Contohnya seperti petani padi yang menanti musim panen , pedagang durian yang menanti musim durian.
- Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur
akibat dari imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja
lebih rendah daripada penawaran kerja.
- Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi
akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
- Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran
siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
Penyebab Pengangguran
Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakatakan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya.
Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi.Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita
suatu negara.
Tingkat Pengangguran Di Indonesia
Sejak
1997 sampai 2003, angka pengangguran terbuka di Indonesia terus menaik, dari
4,18 juta menjadi 11,35 juta. Didominasi oleh penganggur usia muda. Selain usia
muda, pengangguran juga banyak mencakup berpendidikan rendah, tinggal di pulau
Jawa dan berlokasi di daerah perkotaan. Intensitas permasalahan juga lebih
banyak terjadi pada penganggur wanita dan pengaggur terdidik.
Pengangguran
dan setengah pengangguran merupakan permasalahan di muara yang tidak bisa
diselesaikan pada titik itu saja, tapi juga harus ditangani dari hulu.Sektor di
hulu yang banyak berdampak pada pengangguran dan setengah pengangguran adalah
sektor kependudukan, pendidikan dan ekonomi.
Ada
tiga asumsi yang menjadi harapan untuk menurunkan pengangguran dan setengah
pengangguran. Pertama, pertumbuhan tenaga kerja rata-rata pertahun dapat
ditekan dari 2,0 persen pada periode 2000-2005 menjadi 1,7 persen pada periode
2005-2009. Demikian juga pertumbuhan angkatan kerja, dapat ditekan menjadi 1,9
persen pada periode 2005-2009 dari periode sebelumnya yang mencapai 2,4 persen.
Kedua, dapat ditingkatkannya pertumbuhan ekonomi menjadi 6,0 persen pada
periode 2005-2009 dari periode sebelumnya yang hanya mencapai 4,1 persen.
Ketiga, transformasi sektor informal ke sektor formal dapat dipercepat baik di
daerah perkotaan maupun pedesaan terutama di sektor pertanian, perdagangan,
jasa dan industri.
Dampak-dampak dari pengangguran
Akibat-akibat yang ditimbulkan dari tingginya angka
pengangguran
Bagi Negara:
- Penurunan pendapatan perkapita.
- Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
- Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Bagi Masyarakat:
- Pengangguran merupakan beban psikologi dan psikis.
- Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan , karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
- Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik .
Solusi
dalam mengatasi pengangguran .
Solusi dalam mengatasi pengangguran
adalah semakin di tambahnya lapangan kerja yang ada di Indonesia. Dengan
semakin banyaknya lapangan pekerjaan maka semakin besar peluang masyarakat
untuk mendapatkan pekerjaan.
Selain
dengan cara menambah lapangan pekerjaan, pemerintah juga harus mengasah skill atau kemampuan masyarakat agar
mampu bersaing dengan tenaga kerja asing. Kemampuan lebih di utamakan dari pada
gelar saja. Dengan kemampuan yang baik dan benar kita dapat bersaing di pasar
bebas.
Sumber
daya manusia di Indonesia haruslah mempunyai kualitas yang sama dengan sumber
daya asing, sehinggal di dalam negri bisa lebih menggunakan Sumber daya manusia
dalam negri terlebih dahulu baru sumber daya asing. Dan perusahaan juga harus
menghargai sumber daya dalam negri dengan baik, agar terjalin hubungan
pekerjaan yang baik pula.
Pemberdayaan
masyarakat dalam menciptakan lapangan pekerjaan sendiri atau bisa di bilang
dengan wirausaha. Dengan banyaknya wirausawan baru maka semakin terbuka juga
lapangan pekerjaan. Peran pemerintah juga harus terus telibat dalam
pemberdayaan wirausaha, pemerintah perlu memberikan modal kepada wirausahawan
dan juga perlu mengawasinya dalam menjalankan usahanya agar meminimalisir
kerugian dan memaksimalkan keuntungan yang di dapatkan.
Deregulasi dan debirokrasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru. Deregulasi artinya adalah perubahan peraturan aturan main terhadap bidang-bidang tertentu. Deregulasi biasanya ke arah penyederhanaan peraturan. Debirokrasi artinya perubahan struktur aparat pemerintah yang menangani bidang-bidang tertentu. Debirokrasi biasanya ke arah penyederhanaan jumlah pegawai/lembaga pemerintah yang menangani suatu urusan tertentu.
Selanjutnya pemerintah juga perlu melakukan program pemerataan lapangan pekerjaan di setiap daerah, tidak hanya terfokus pada daerah Ibu kota saja. Karena jika di setiap daerah mempunyai lapangan pekerjaan yang memadai pasti penduduk daerah tersebut tidak berbondong -bondong untuk mencari pekerjaan di tempat lain.
Deregulasi dan debirokrasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru. Deregulasi artinya adalah perubahan peraturan aturan main terhadap bidang-bidang tertentu. Deregulasi biasanya ke arah penyederhanaan peraturan. Debirokrasi artinya perubahan struktur aparat pemerintah yang menangani bidang-bidang tertentu. Debirokrasi biasanya ke arah penyederhanaan jumlah pegawai/lembaga pemerintah yang menangani suatu urusan tertentu.
Selanjutnya pemerintah juga perlu melakukan program pemerataan lapangan pekerjaan di setiap daerah, tidak hanya terfokus pada daerah Ibu kota saja. Karena jika di setiap daerah mempunyai lapangan pekerjaan yang memadai pasti penduduk daerah tersebut tidak berbondong -bondong untuk mencari pekerjaan di tempat lain.
Peran
pemerintah yang terakhir yaitu membuat generasi muda menjadi lebih berkualitas
dalam dunia usaha. Memperbaiki system pendidikan yang ada, bukan hanya sekedar
teoritis tapi praktik dalam dunia usaha yang ada.
Pendidikan dan mobilitas social (
studi kasus pengengguran terdidik)
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu dalam
masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing. Status merupakan
perwujudan atau pencerminan dari hak
dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut
sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok
masyarakatnya. Pada semua sistem
sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status.
Menurut Pitirim
Sorokin mengukur status sosial
seseorang dapat dilihat dari: jabatan, pendidikan dan
luasnya ilmu pengetahuan, kekayaan, politis, keturunan dan agama[1].
Kelas sosial timbul karena adanya
perbedaan dalam penghormatan dan status sosial seseorang. Misalnya, seorang
anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang
tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status
sosial yang rendah. Dengan demikian masyarakat berusaha menaikkan status
sosialnya salah satunya dengan melalui pendidikan yang tinggi.
Pendidikan berkaitan erat dengan
segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia mulai perkembangan
fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, kemampuan sosial, sampai
kepada perkembangan Iman. Perkembangan ini membuat manusia menjadi lebih
sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dan kehidupan alamiah menjadi
berbudaya dan bermoral.
Oleh karena itu, pendidikan diyakini
masyarakat sebagai salah satu tempat untuk merubah nasib, dengan adanya
pendidikan tinggi sesorang bisa memiliki pekerjaan yang menjanjikan masa
depannya, dipandang terhormat oleh masyarakat dan dipandang dapat memegang
peran untuk kemajuan masyarakat, sehingga hampir semua orang mementingkan
pendidikan untuk memperbaiki status ekonomi dan sosialnya.
Permasalahan yang timbul dan perlu
dipertanyakan adalah jika memang pendidikan dipercaya mampu mengangkat status
seseorang dan mensejahterakan hidup seseorang, kenapa justru banyak sekali
kasus yang muncul terkait dengan pengangguran terdidik bahkan semakin
meningkat?.
Berangkat dari pertanyaan tersebut,
penulis mencoba untuk menganalisis dan membahas kembali mengenai pendidikan dan
mobilitas sosial serta kasus yang semakin meningkat terkait dengan pengangguran
terdidik.
- B. Peranan Pendidikan Dalam Mewujudkan Mobilitas Sosial
Pendidikan merupakan anak tangga
mobilitas yang penting. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pendidikan
mampu meningkatkan status sosial seseorang. Hal ini karena pendidikan itu
sendiri mempunyai peran yang penting bagi diri sendiri maupun masyarakat
setempat. Hal tersebut bisa dilihat mulai dengan menilik fungsi-fungsi
pendirian lembaga pendidikan.
Rafil Karsidi dalam salah satu
tulisannya menyebutkan berbagai fungsi lembaga pendidikan yang dikaitkan dengan
realitasnya. Fungsi-fungsi tersebut secara ringkasnya adalah sebagai berikut:
- Lembaga pendidikan mempersiapkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan.
Jika proses perjalanan pendidikan
sepanjang masa ditinjau secara menyeluruh, maka dapat dilihat kenyataan bahwa
kemajuan dalam pendidikan beriringan dengan kemajuan ekonomi secara bersamaan.
Peserta didik yang menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan
sesuai dengan kebutuhan dunia pekerjaan. Semakin tinggi pendidikannya, maka semakin
besar kesempatannya untuk memperoleh pekerjaan yang layak.
- Sebagai alat transmisi kebudayaan
Fungsi transmisi kebudayaan
masyarakat kepada peserta didik menurut Vembrianto (1990) dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu (1) transmisi pengetahuan dan keterampilan; dan (2)
transmisi sikap, nilai-nilai dan norma-norma. Transmisi pengetahuan
mencakup pengetahuan tentang bahasa, sistem matematika, pengetahuan alam dan
sosial serta penemuan-penemuan teknologi. Dari segi transmisi sikap,
nilai-nilai dan norma-norma masing-masing lembaga dalam konteks karakter
sosiokultural juga tidak bisa dipungkiri peran dan fungsinya. Di lembaga
pendidikan, peserta didik tidak hanya mempelajari pengetahuan dan keterampilan,
tetapi juga sikap, nilai-nilai dan norma-norma.
- Mengajarkan peranan sosial
Pendidikan diharapkan membentuk
manusia sosial yang dapat bergaul dengan sesama manusia sekalipun berbeda
agama, suku bangsa, pendirian dan sebagainya. Ia juga harus dapat menyesuaikan
diri dalam situasi sosial yang berbeda-beda. Lebih dari itu, peserta didik
diharapkan mampu dan memiliki peranan yang baik dengan memberikan sumbangsihnya
atas berbagai permasalahan sosial di sekitarnya.
- Membuka kesempatan memperbaiki nasib
Semenjak diterapkannya sistem
pendidikan yang bisa dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat di
seluruh penjuru tanah air maka secara otomatis telah mendobrak tembok
ketimpangan sosial masyarakat feodal dan menggantinya dengan bentuk mobilitas
terbuka. Sekolah menjadi tempat yang paling strategis untuk menyalurkan
kebutuhan mobilitas vertikal dalam kerangka stratifikasi sosial masyarakat.
- Menyediakan tenaga pembangunan
Bagi negara-negara berkembang,
pendidikan dipandang menjadi alat yang paling ampuh untuk menyiapkan tenaga
produktif guna menopang proses pembangunan. Kekayaan alam hanya mengandung arti
bila didukung oleh keahlian. Maka karena itu manusia merupakan sumber utama
bagi negara.
- Menciptakan integrasi sosial
Dalam masyarakat yang bersifat
heterogen dan pluralistik, terjaminnya integrasi sosial merupakan fungsi
pendidikan sekolah yang cukup penting. Masyarakat Indonesia mengenal
bermacammacam suku bangsa masing-masing dengan adat istiadatnya sendiri,
bermacam-macam bahasa daerah, agama, pandangan politik dan lain sebagainya.
Dalam keadaan demikian bahaya disintegrasi sosial sangat besar. Oleh karena
itu, tugas pendidikan di lembaga pendidikan yang terpenting adalah menjamin
integrasi sosial. Upaya yang telah dilakukan untuk itu misalnya dengan
mengajarkan bahasa nasional, mengajarkan pengalaman-pengalaman yang sama
melalui keseragaman kurikulum dan buku-buku pelajaran.
- Kontrol sosial
Ketika permasalahan sosial begitu
kompleks dan rumitnya, seperti soal kemiskinan, pengangguran, dan kekerasan, di
sinilah pendidikan memiliki peran fungsionalnya sebagai kontrol atau
stabilisator agar permasalahan tersebut tidak berlarut-larut atau meminimalisir
agar efeknya tidak meluas[2].
Karena fungsi-fungsi tersebut, maka
pendidikan dipercaya masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.
- C. Studi Kasus: Pengangguran Terdidik
- 1. Data statistik sarjana menganggur
Pengangguran Terdidik adalah
seseorang yang telah lulus dari perguruan tinggi negeri atau swasta dan ingin
mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Berdasarkan data terakhir dari Badan
Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2012, TPT untuk tingkat diploma 7,5 persen
dan sarjana 6,95 persen. Jumlah pengangguran secara nasional pada Februari 2012
mencapai 7,6 juta orang, dengan TPT sebesar 6.32 persen. kemungkinan sarjana
menganggur setiap tahun akan mengalami peningkatan yang signifikan[3].
Pendidikan yang dipercaya dapat
meningkatkan kualitas hidup seseorang seperti yang telah diuraikan di atas
ternyata tidak dijamin kebenarannya jika dilihat dalam realitas kehidupan.
Anggapan orang bahwa pendidikan dapat mengangkat status atau derajat seseorang
perlu untuk ditinjau kembali. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya
pengangguran di kalangan terdidik. Pertanyaannya, mengapa demikian?
- 2. Sebab-sebab sarjana menganggur
Hemat penulis, terjadinya kasus
pengangguran terdidik dikarenakan oleh beberapa faktor. Di antaranya sebagai
berikut:
- Tidak sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu, artinya orientasi utama mengapa seseorang menempuh pendidikan hingga tingkat tinggi adalah untuk tujuan tertentu saja misalnya hanya demi mendapatkan ijazah.
- Kurang selarasnya perencanaan pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang tidak sesuai denagn jurusan mereka, sehingga para lulusan yang berasal dari jenjang pendidikan atas baik umum maupun kejuruan dan tinggi tersebut tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang ada.
- Budaya malas disinyalir sebagai penyebab tingginya angka pengangguran sarjana di Indonesia. Para pengangguran terdidik lebih memilih pekerjaan yang formal dan mereka ingin langsung bekerja di tempat yang menempatkan mereka di posisi yang enak, mendapat banyak fasilitas, dan mendapat gaji yang cukup, tidak mau memulai karier dari bawah.
- Kompetisi yang kurang
Faktor penyebab pengangguran juga
sering kali diciptakan oleh diri seseorang secara sengaja atau tidak.
Lingkungan memegang peranan yang penting dalam pembentukan pribadi yang kuat
dan bisa bersaing. Lingkungan juga menjadi hal yang membuat banyak pribadi
menjadi lemah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam menghadapi
tantangan hidup. Jika lingkungan membentuk seseorang berkompetensi tinggi, maka
ia akan terbiasa bekerja keras dan berusaha melakukan yang terbaik. Sebaliknya,
lingkungan yang didominasi oleh orang-orang yang berpikiran mudah menyerah dan
tidak senang bekerja keras, maka pribadi yang dilahirkan dari lingkungan yang
seperti ini adalah orang-orang yang mudah menyerah.
- Rendahnya keterampilan yang dimiliki seseorang
Sekalipun seseorang telah menempuh
pendidikan yang tinggi dengan nilai yang tinggi, dia tidak akan dapat eksis
jika keterampilan yang dimilki rendah. Keterampilan juga merupakan faktor yang
perlu diperhatikan, entah itu keterampilan dalam bidang pekerjaan maupun
keterampilan sosial.
- 3. Pemecahan masalah
Perlu adanya revolusi dalam
penanganan masalah pengangguran, Mengingat penyelesaian konvensional selama ini
tidak memberikan perubahan yang signifikan.
Untuk itu ada beberapa hal yang
perlu dilakukan oleh seluruh stackholder utamanya pemerintah, pihak universitas
dan pengusaha termasuk peserta didik (mahasiswa) itu sendiri, di antaranya
sebagai berikut:
- Melakukan pemetaan antara dunia pendidikan di kampus melalui program-program studi yang ada dengan prediksi kebutuhan tenaga kerja di lapangan.
- Perlu adanya pengembangan berbagai softskill yang diberikan kepada para mahasiswa. Softskill yang diberikan haruslah berdasarkan atas kebutuhan masyarakat kontemporer.
- Perlu adanya kemauan dan motivasi pada diri sendiri untuk berusaha lebih maju.
- Menumbuhkan semangat berwirausaha. Para sarjana tidak hanya melamar pekerjaan namun dituntut mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri sendiri dan masyarakat disekitarnya. Seorang sarjana dengan kompetensi yang dimiliki dan atmosfer yang ada menjadikan mereka ready to survive (sanggup untuk hidup).
- Mengembangkan keterampilan sosial.
Itulah beberapa upaya yang menurut
penulis dapat membantu mengurangi angka pengangguran terdidik. Upaya-upaya
tersebut harus menjadi perhatian setiap masyarakat, terutama peserta didik,
termasuk juga pemerintah.
- D. Penutup dan Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
pembahasan hubungan pendidikan dan mobilitas sosial termassuk kasus yang
terjadi terkait dengan pengangguran terdidik, di antaranya sebagai berikut:
- Pendidikan dipercaya dapat mengangkat derajat atau status sosial seseorang. Hal tersebut dikarenakan pendidikan itu sendiri mempunyai peran yang penting bagi diri sendiri maupun masyarakat setempat.
- Rafil Karsidi menyebutkan berbagai fungsi lembaga pendidikan, yakni: lembaga pendidikan mempersiapkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan, sebagai alat transmisi kebudayaan, mengajarkan peranan sosial, membuka kesempatan memperbaiki nasib, menyediakan tenaga pembangunan, menciptakan integrasi sosial, dan kontrol sosial.
- Data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2012, TPT untuk tingkat diploma 7,5 persen dan sarjana 6,95 persen. Jumlah pengangguran secara nasional pada Februari 2012 mencapai 7,6 juta orang, dengan TPT sebesar 6.32 persen. kemungkinan sarjana menganggur setiap tahun akan mengalami peningkatan yang signifikan.
- Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran di kalangan pendidik adalah: tidak sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu, kurang selarasnya perencanaan pembangunan pendidikan dan berkembangnya lapangan kerja yang tidak sesuai, malas, kompetisi yang kurang, dan rendahnya keterampilan yang dimiliki seseorang.
- Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pengangguran terdidik di antaranya adalah: melakukan pemetaan antara dunia pendidikan di kampus melalui program-program studi yang ada dengan prediksi kebutuhan tenaga kerja di lapangan, perlu adanya pengembangan berbagai softskill yang diberikan kepada para mahasiswa, perlu adanya kemauan dan motivasi, menumbuhkan semangat berwirausaha, dan mengembangkan keterampilan sosial.
click wolf dildo,love dolls,vibrators,dildos,cheap sex toys,vibrators,love dolls,male sex dolls,love dolls see this here
BalasHapusi108j1okolo147 dog dildo,male sex toys,dog dildo,sex chair,Rabbit Vibrators,horse dildo,vibrators,glass dildos,dildo v024h4oxwyl318
BalasHapus